Apakah kalian yang membaca tulisan ini mempunyai saudara kandung ataupun sahabat yang kalian anggap seperti saudara kandung sendiri. Apakah kalian merasa kangen saat berjauhan dengan dia, kesepian saat rindu menerpa. Apakah kalian pernah bermain dan bermimpi bersama dan berkata “aku ingin kita nanti begini, aku ingin kita nanti begitu”. Apakah kalian pernah marah dan ngambek-ngambekan sama dia karena suatu hal sepele yang terkadang karena konflik itu membuat kalian menjadi lebih sayang sama dia.
Apakah kalian pernah menolong dia saat ia kesusahan dengan masalahanya, mendengarkan curhatnya, tertawa bersama, saling rangkul saat kesedihan melanda. Apakah kalian pernah membela dia saat ada yang menghina, mencaci maki, dan merusak harga dirinya. Apakah kalian pernah mendoakannya tanpa ia tahu, menatapnya dari kejauhan dengan doa yang tanpa sengaja terucap dihati. Apakah pernah semua hal itu kalian rasakan dan alami sendiri. Indah bukan semua hal itu, terkesan sederhana memang namun itulah poin utama yang membuat kita merasa bahagia dengan dia.
Lalu pernahkah kalian mengetahui jikalau ada saudara kita diluar sana yang tertindas, terhinakan, kesusahan, teraniaya, tersakiti, terkucilkan, tergusur, terjajah, terintimidasi oleh sekelompok orang asing yang dahulu ramah dan selalu tersenyum saat bersama, namun sekarang terbongkar semua sifat busuknya. Keramahan dan senyumnya dulu hanya sebatas visual saja bukan dari hati dengan ikhlas melakukannya.
Apakah pernah kalian mendengar jeritan saudara kalian tersebut. Apakah jarak yang memisahkan kita dengan saudara kita tersebut membuat kita tidak menganggap lagi kehadiran dia. Apakah yang dahulu pernah bermimpi bersama seakan lupa akan mimpi itu. Apakah yang dahulu pernah mendoakannya dalam diam, mentapanya dari kejauhan dengan doa yang tersematkan sekarang malah tanpa acuh untuk sekadar mendoakannya.
Memang saudara kita ini kita tidak pernah jumpa, kita tidak pernah menyapanya langsung, kita pun sulit untuk bisa bertemu denganya. Tetapi tetaplah dia saudara kita, saudara seiman kita, saudara seperjuangan kita, memperjuangkan islam di bumi Allah ini, saudara yang terikat dengan tali ukhuwah bukan sekedar tergolongan berdasarkan agama namun lebih dari itu, dialah Palestina tanah mulia, tanah para nabi. Sekarang dan sampai kapanpun akan tetap menjadi saudara kita.
Mungkin sebagian orang berkata “Apa sih untungnya bagi kita, ikut campur dengan hal seperti ini, ngurusin diri sendiri aja kita masih ribet”. Pernahkan kita saat saudara kita nangis merengek kita bakal diam saja, pasti kita akan membuat ia tersenyum lagi. Atau saat ia disakiti oleh temannya apakah kita akan diam saja, pastinya tidak kan. Ya begitulah tidak ada untungnya memang namun ikatan emosi dan keterikatan hati kita dengan dialah yang spontan membuat kita membela, menenangkan, dan mendoakannya. Mereka itu kuat tetapi lebih baik lagi kalau kita, sesama saudaranya juga menguatkan.
Bukankah Rasulullah mencontohkan seperti itu, lalu sebagai umatnya apakah kita tidak meneladani sikap beliau. Mereka tidak meminta kita berjihad mengangkat senjata bersama mereka, mereka hanya meminta doa kalian, karena mereka percaya doalah senjata yang tidak dimiliki kaum kafir. Saat raga tak bisa berbuat lebih untuk mereka cukuplah doa yang tulus dan ikhlas untuk mereka. Saat raga tak bisa berbuat lebih untuk mereka cukuplah bantuan rezeki semampu kita untuk mereka. Saat raga tak bisa berbuat lebih untuk mereka cukuplah sebarkan informasi tentang mereka. Dan jika menyebarkan informasi saja kalian masih enggan , apakah kalian siap diminta pertanggungjawaban oleh Allah di akhirat kelak ?.
Udin Rozak Choirul (Ojakk) - Anggota FLP Jember
Jember, 19 Desember 2017
No comments:
Post a Comment