RedaksiPenulis,- Siapa yang tidak tahu dengan Belanda. Mungkin untuk setiap orang Indonesia jika ditanya tentang Belanda pasti ingat pelajaran sejarah. Bahwasanya negara tercinta kita memang pernah dijajah oleh Belanda selama kurang lebih 350 tahun. Meskipun negara kita sudah merdeka selama 72 tahun, bukan hukum kita saja yang ‘masih’ terjajah (c.q. KUHP) ternyata kosakata kita juga banyak yang terpengaruh kata serapan dari bangsa kompeni, selain bahasa Inggris. Secara tidak sadar, terkadang kita mengucapkan kata-kata, singkatan-singkatan, dan bahkan peribahasa yang sebenarnya berasal dari bahasa Belanda. Sekalipun hal-hal tersebut tidak termasuk dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Tidak Mengerjakan PR, Ibu Guru Strap Saya Di Depan Kelas
Saat masih duduk di bangku sekolah, tentunya kita pernah lupa atau mungkin pura-pura lupa untuk mengerjakan PR. Sudah barang tentu ibu/bapak guru kita marah dan menghukum kita dengan men”strap” kita di depan kelas dengan kaki satu diangkat. Tahukah kamu kata “strap” itu berasal dari bahasa Belanda yaitu “straft” yang berarti hukuman, pidana atau nestapa. Namun hingga saat ini, kata “straft” masih banyak kita dengar sebagai nama lain dari hukuman atas kesalahan kita tidak mengerjakan tugas.
Selain itu, jika sudah ada pengumuman bahwa besok adalah tanggal merah atau libur kita langsung berucap “prei”, atau saat latihan upacara bendera, kadang MC untuk suatu bagian yang tidak perlu ada latihan langsung berkata “prei-memorie”. Apa arti “prei” itu? “prei” berasal dari bahasa Belanda yaitu “freie” yang berarti bebas atau libur. Itulah sebabnya “prei” hingga kini masih sering diucapkan sebagai kata ganti dari kata libur.
Aki Saya Sudah Soak
Kalimat diatas bilamana dinyatakan secara lisan, tentu dengan mudah akan dipahami. Namun tidak demikian gamblangnya apabila dia dinyatakan secara tertulis, karena disitu ada 2 (dua) kata warisan dari bahasa Belanda yang tidak lulus fit and proper test untuk diserap dalam kosakata baku Indonesia. Alhasil kata-kata itu masih terus dan tetap hidup dalam wacana lisan, tetapi tak pernah dipakai dalam wacana tulisan. “Aki” mengacu pada kata Belanda “accu” (kependekan dari accumulator) dan “soak” yang mengacu pada kata Belanda “zwak” (yang bermakna “lemah”).
Dalam percakapan sehari-hari, sering kita mendengar ungkapan “badannya sudah soak” atau “baterai HP-ku sudah soak” dan sebagainya. Terasa memang lebih afdal daripada mengatakan “badannya sudah lemah” atau “baterai HP-ku sudah lemah”.
CV, WC, Singkatan Dari Bahasa Apa?
Dua kata singkatan “CV” dan “WC” sangat lazim dipakai dalam wacana bahasa Indonesia. Kalau ditanyakan dari bahasa apa keduanya diserap ke dalam kosakata Indonesia, maka jawaban pastinya adalah berasal dari bahasa Belanda. Bukan hanya dua singkatan itu, masih banyak lagi singkatan dari bahasa Belanda yang digunakan secara luas dalam percakapan sehari-hari. Kita masih fasih memakai singkatan itu, tapi boleh jadi angkat tangan kalau diminta menjelaskan kepanjangannya.
“CV” adalah kepanjangan dari “curriculum vitae” yang berarti surat riwayat hidup yang kadang untuk salah satu syarat melamar pekerjaan. Kemudian “WC” adalah singkatan dari “water-closet” dan selain tenar di negeri kincir angin, juga diucapkan oleh warga sebagian besar negara-negara Eropa seperti Prancis, Italia, Jerman, Swiss, Polandia, dan sebagainya.
Tong Kosong Nyaring Bunyinya
Peribahasa “Tong kosong nyaring bunyinya” mengingatkan saya pada betapa banyak kiasan atau tamsil yang kita serap dari bahasa Belanda. Orang Belanda akan mengatakan “Holle vaten klinken het hardst” yang kita terjemahkan persis menjadi “Tong kosong nyaring bunyinya”.
Selain itu, anda sudah akrab dengan perumpamaan berikut: “Banyak jalan meuju Roma” yang kalima asalnya dari Belanda adalah “Vele wegen leiden naar Rome”. Lalu kita sering mengucapkan “Seperti membeli kucing dalam karung” yang pada kiasan Belanda berbunyi “een kat in de kopen”. Betul-betul ekspresi yang kembar bukan?
Itulah sekelumit kata-kata, singkatan-singkatan, peribahasa-peribahasa yang aslinya berasal dari bahasa Belanda. Tidak bisa tidak, hal tersebut tak dapat dipungkiri adalah warisan khazanah bahasa dan sastra kita yang menghiasi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Salam Literasi...
Sumber : diolah dari Buku “Gustaaf Kusno, Gara-Gara Alat Vital dan Kancing Gigi, Bunga Rampai Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013)
Oleh : Muhammad Rizal Rachman, Anggota FLP Jember
No comments:
Post a Comment