(Doumentasi MUNAS IV Bandung) |
Dakwah adalah jiwanya para muslim. Tetapi Dakwah pena atau menebar kebaikan melalui sebuat tulisan adalah cara kami para pegiat literasi. Bukan karena kami tak mampu berusara tetapi kami lebih nyaman ketika menebar kebaikan melalui tulisan, cara ini membuat kami lebih bisa menyatakan apa yang ada dalam hati dan pikiran kami. Karena menulis bagi kami adalah cara terbaik untuk berbagi, mengobati diri, mengerti dan memahami.
Dakwah pena juga menjadi pilihan yang tepat pada masa ini. Kenapa? Karena banyak diantara kita lebih banyak memegang smartphone daripada buku apalagi surat kabar. Hal ini didukung pula dengan banyaknya pengguna media sosial. Fenomena inilah yang kemudian mengembangkan dakwah pena atau menebar kebaikan lewat tulisan di media sosial.
Fakta Aktivis Dakwah Zaman Now
Aktivis zaman now malah sangat kritis, tetapi kritisnya terkadang hanya pada tindak serta prilaku orang lain. Namun di sisi lain malah tak bisa kritis pada pribadinya dengan menggunakan dalih masih dalam proses belajar. Padahal esensinya ketika dalam proses belajar, ilmu yang masih sangat kurang, sudah sepantasnya kita tidak banyak bicara karena boleh jadi mereka yang kita kritisi lebih banyak ilmunya dari kita.
Kasusu seperti ini banyak sekali muncul dalam beranda facebook kita, bahkan kritisi itu banyak sekali yang membagikan. Tetapi menjadi sangat aneh, ketika apa yang kiat kritisi kemudian di kritisi lagi oleh orang lain karena kritisi hanya sekedar kritisi tanpa memberikan penyelesaian. Sungguh kerdil sekali kita mengemas bahkan memaknai bagaimana sebenarnya maksud dari dakwah terutama dakwah pena. Karena tidak cukup kata dakwah hanya dengan kritisi namun belum memberikan titik terang, belum menunjukan adanya benang merah menuju penyelesaian masalah.
Bukannya salah menggunakan media sosial sebagai media dakwah utama, tetapi alangkah baiknya jika tulisan yang kita tawarkan bukan mengenai persoalan mereka tetapi bagaimana menyelesaikan masalah itu. Ustadz media sosial, begitu kadang kita menyebut mereka-mereka yang giat menggunakan media sosial sebagai ladang dakwah. Tetapi tidak sedikit yang mengandung kontroversi dalam tulisannya, sehingga buka memunculkan diskusi tetapi malah perdebatan yang berujung pada kesimpulan yang keliru.
Menebar Kebaikan Lewat Tulisan
Sudah seharusnya kita melakuka dakwah sesuai dengan kemampuan atau basic kita. Bisa kita berdkwah dengan berkomunikasi langsung atau secara tidak langsung. Perlu ditekankan bahwa dakwah itu adalah mengajak (dalam kebaikan) maka baru hijrah atau masih rendah ilmunya bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan dakwah. Jika ditanyakan persoalan mengenai apa yang kita tidak ketahui, maka ada baiknya kita serahkan pada ahlinya lalu kita hanya berucap “wallahu a’lam”
Jika kita tidak merasa iri dengan perjuangan dakwah mereka yan awalnya pernah dijalan yang keliru maka perlu untuk kita periksa mengenai apa masalah dalam diri kita. Karena mereka kadang tidak mendapatkan respon bahkan mendapatkan cacian, tetapi semangat mereka tidak kendr sekalipun. Memang kita tidak bisa merubah seseorang, tetapi paling tidak kita memberikan jalan untuk mereka menemukan hidayah itu.
Untuk kita yang punya basic dalam dakwah pena (menulis) maka kembangkan bakat itu, gunakan sebagai salah satu ladang dakwah kita. Sehingga suatu masa dijauh nanti menjadi penolong dan meneduhkan ketika jarak matahari dan ubun-ubun hanya sejengkal atau mungkin lebih dekat. Tentunya kita tidak ingin hidup sendiri di syurga, maka dari itu dakwah pena adalah solusinya bagaimana kita mengajak saudara sesama muslim untuk meraih surga.
Jember, 11 Desember 2017
Penulis: Ilham Sadli Ketua FLP Jember
Sumber bacaan: Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment