Allepo
Sebuah amunisi
Menelan seisi bumi
Berhamburan langkah kaki
Tak tau arah, berlari berlindung di langit misteri.
Tetesan luka dari pelupuk mata
Membasahi raut muka tanpa menyejukkan jiwa
Kami merindu hujan, yang datang hanya virga
Kami melantunkan do’a, yang datang tetaplah senjata
Pada ranting takkan meninggalkan daun
Pohon takkan meninggalkan akar
Percaya, jika amunisi hanyalah alat
Tidak bisa memisahkan kami bersama Tuhan
Sejarah Banjir
Setetes air menjadi hiper alam
aku mulai menjulang
sungai persinggahan bertukar lara
banyak bibir yang menyela.
Sampah menghalangiku melintas
bilik-bilik sudah lenyap untuk sepetak rumah
tubuhku sudah tak kuasa, ingin membuncah pada permukaan
Aku tak tau siapa yang bersenandika
entah tangan riak yang berserakan
atau sungai yang sudah tak bersahabat denganku
hingga aku asyik menggerus jiwa.
No comments:
Post a Comment